Pages

Wednesday, June 6, 2018

Kenalan Yuk dengan Gangguan Spektrum Autisme!

Gangguan spektrum autisme (GSA) atau (Autism Spectrum Disorder adalah sebutan untuk beragam kondisi medis yang memiliki ciri terganggunya perkembangan keterampilan sosial, komunikasi, dan bahasa; selain itu, anak dengan GSA juga memiliki hal-hal favorit yang unik dan terbatas pada dirinya saja (asik sendiri) dan kebiasaan melakukan hal-hal yang diulang-ulang. Gangguan ini disebut "spektrum" karena punya variasi yang sangat luas dari berat-ringan gejala hingga tingkat kecerdasannya. GSA sendiri terdiri dari beberapa macam tipe, yaitu:



Autisme yang berfungsi baik (High-Functioning Autism)
Sindrom Asperger (Asperger's Syndrome)
Gangguan Perkembangan Pervasiv (Pervasive Developmental Disorders)
Sindrom Rett (Rett Syndrome)
Kondisi yang mirip dengan autisme (Conditions Similar to Autism)

GSA sudah muncul sejak masa anak-anak dan kebanyakan menetap sampai ia remaja dan dewasa. Biasanya diagnosis GSA sudah bisa ditegakkan sebelum anak berusia 5 tahun, bahkan ada yang terlihat sejak usia 6 bulan. Di Indonesia sendiri, belum ada data yang valid mengenai jumlah orang dengan GSA, tapi menurut WHO, 1 dari 160 anak di dunia memiliki salah satu gangguan dalam spektrum ini.

Orang-orang yang memiliki GSA seringkali memiliki kondisi medis lain yang muncul berbarengan gejala GSA nya, diantaranya epilepsi, depresi, ansietas, dan gangguan hiperaktif dan kesulitan berkonsentrasi atau attention deficit hyperactivity disorder (ADHD). Hal-hal tersebut membuat orang-orang dengan GSA banyak yang hidup dalam keterbatasan kapasitas untuk melakukan aktivitas sehari-hari dan menjadi bagian dari masyarakat, sekolah, tempat kerja, atau komunitas lainnya, sehingga mempengaruhi akses pendidikan dan partisipasi sosial mereka. Meskipun begitu, banyak lho orang-orang dengan GSA yang mampu hidup mandiri dan membuktikan bahwa keterbatasan itu tidak jadi alasan untuk tidak berkarya, contohnya: Evita Nuh (blogger & influencer), Hans Christian Andersen (pengarang buku anak terkenal), Susan Boyle (penyanyi), Albert Einstein (ilmuwan), hingga Bill Gates (pendiri Microsoft) dan Steve Jobs (mantan CEO Apple).

Karena sulitnya mendapatkan akses pendidikan dan/atau keterampilan yang cukup, ditambah dengan kondisi medis yang mempengaruhi fisik dan mentalnya, orang-orang dengan GSA seringkali terpaksa menjadi beban emosional dan ekonomi bagi keluarganya. Dibutuhkan kekuatan dan kesabaran yang luar biasa bagi kedua orangtua untuk dapat mengasuh anak-anak dengan GSA, terutama GSA yang gejalanya cukup parah.  Saat ini mulai bermunculan support group atau komunitas orangtua dengan anak yang memiliki GSA. Hal tersebut sangat baik dan diperlukan untuk tetap menjaga semangat merawat dan tidak putus asa dengan tantangan-tantangan yang dihadapi keluarga tersebut.

Dari segi Hak Asasi Manusia (HAM), orang-orang dengan GSA sangat sering mendapat stigma buruk dari masyarakat. Padahal, GSA adalah kondisi yang muncul karena gangguan perkembangan otak anak, dan membutuhkan terapi medis yang berkelanjutan serta harus didukung oleh orang-orang di sekitarnya. Orang dengan GSA juga merasakan emosi sama seperti yang lainnya; senang, sedih, marah, dsb dan juga sama-sama beresiko terkena penyakit seperti orang normal; jadi, mereka juga butuh akses sarana kesehatan, sarana olahraga, pilihan makanan yang sehat, dan berhak merasa aman dari bullying, ancaman, kekerasan, dan penyiksaan. Autisme adalah kondisi medis, seperti Diabetes, Hipertensi, Demam Berdarah, dan penyakit medis lain -- bukan kata-kata yang mengandung hinaan atau ejekan.

Lalu, apa yang menyebabkan GSA? Benarkah vaksin menyebabkan GSA?

Penelitian yang dilakukan oleh para ilmuwan hingga saat ini masih belum bisa menyimpulkan penyebab pasti dari GSA. Masih terdapat banyak kemungkinan faktor-faktor yang berpengaruh dalam menyebabkan GSA, termasuk yang paling utama adalah faktor genetik dan lingkungan ia dikandung hingga diasuh.

Data epidemiologi sangat jelas menyebutkan bahwa TIDAK ADA HUBUNGAN SEBAB AKIBAT antara GSA dan vaksin MMR (Measles, Mumps, Rubella), maupun vaksin lain yang diberikan untuk anak-anak. Penelitian yang dulu pernah diterbitkan oleh dr.... tentang hubungan vaksin MMR dengan autisme sudah resmi dicabut karena terdapat banyak kesalahan metodologi dan data.


Sumber:

No comments:

Post a Comment